Minggu, 01 Mei 2011

BELAJAR NULIS SKENARIO

 

PENGERTIAN SKENARIO
Pengertian mengenai Screenplay atau Skenario menurut Syd Field dalam bukunya The Foundations of Screenwriting adalah :
”A screenplay is a story told with pictures, in dialogue and description, and placed within the context of dramatic structure. A screenplay is a noun – it is about a person, or persons, in a place or places, doing his or her or their thing. All screenplays execute this basic premise. The person is the character, and and doing his or her thing is the action. (1994:8).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa skenario itu adalah sebuah naskah cerita yang menguraikan urut-urutan adegan, tempat, keadaan, dan dialog, yang disusun dalam konteks struktur dramatik. Seorang penulis skenario dituntut untuk mampu menerjemahkan setiap kalimat dalam naskahnya menjadi sebuah gambaran imajinasi visual yang dibatasi oleh format pandang layar bioskop atau televisi. Adapun fungsi dari skenario adalah untuk digunakan sebagai petunjuk kerja dalam pembuatan film.

TEKNIK PENULISAN SKENARIO :

1. Inti Cerita

Tahap awal dalam penulisan skenario adalah menetukan inti cerita yang akan dikembangkan menjadi sebuah skenario. Dalam inti cerita ini kita sudah mempunyai gambaran singkat tentang plot, karakter utama, maupun setting dari cerita. Inti cerita ini bisa berasal dari ide/inspirasi yang kita temukan baik dalam imajinasi atau fenomena keseharian kita. Banyak juga penulis skenario yang mengadaptasi novel, cerpen, atau puisi untuk dikembangkan menjadi skenario.
Inti cerita dari film Romeo and Juliet, misalnya, adalah percintaan antara dua orang anak manusia yang berasal dari latar belakang keluarga yang berlawanan yang pada akhirnya melahirkan tragedi.
  1. Sinopsis
Sinopsis adalah ringkasan cerita yang akan dikembangkan menjadi skenario. Pada umumnya Sinopsis ditulis semenarik mungkin dengan maksud menggoda pembacanya untuk membaca skenario dari sinopsis tersebut. Panjang sinopsis biasanya dari setengah sampai dua halaman. Sebagai contoh, kita dapat membaca sinopsis dari film-televisi Gadis Misterius berikut ini :
“Kisah roman-tragedi tentang seorang pelukis muda yang terobsesi pada gadis cantik yang pernah dilihatnya di tepi jurang. Obsesinya itu menjadi kenyataan ketika dia berkenalan dengan Lilis, resepsionis di sebuah kafé yang mempunyai wajah sangat mirip dengan wanita impiannya itu. Cerita kemudian berkembang setelah wanita yang dicintainya itu pun tiba-tiba menghilang dan dia dipaksa untuk menerima kenyataan-kenyataan yang sangat tidak masuk di akal. Lilis yang telah dipacarinya itu, ternyata telah meninggal jauh sebelum mereka pertama kali berkenalan. Kenyataan-kenyataan yang aneh tersebut justru mendorongnya untuk melakukan penyelidikan sampai kemudian dia menemukan jawaban yang sesungguhnya.”
  1. Karakter
Karakter atau tokoh adalah merupakan salah satu unsur terpenting dalam skenario sama halnya dalam cerpen maupun novel. Akan tetapi dalam skenario, karakter harus lebih dikembangkan secara lebih rinci. Hal ini juga berhubungan dengan kebutuhan aktor atau aktris yang akan memerankan karakter tersebut. Perincian karakter dalam skenario biasanya meliputi nama peran, jenis kelamin, usia, ciri-ciri fisik, sifat/prilakunya, pendidikan, kebiasaan, hubungan dengan karakter yang lain, dan sebagainya. Contoh perincian karakter adalah sebagai berikut :
Lilis, wanita berusia 25 tahun. Matanya teduh, murah senyum, rambutnya yang ikal panjang sampai ke punggung, dan tubuhnya ramping. Seorang wanita cantik yang selalu tampil sederhana, pekerja keras, dan baik hati. Dia juga tegar dalam menghadapi cobaan hidupnya. Meski dia selalu menghindar, namun diam-diam dia pun jatuh hati kepada Alam.
  1. Plot
Penyusunan plot yang merupakan alur cerita sangat diperlukan dalam menulis skenario sebagaimana dalam penulisan novel maupun cerpen. Struktur plot lazimnya terdiri dari 3 (tiga) babak yaitu set upatau awal konflik, confrontation atau komplikasi masalah, dan resolution atau penyelesaian masalah. Dengan adanya plot yang disusun terlebih dahulu akan sangat membantu penulis dalam penulisan skenario. Bentuk plot secara sederhana adalah sebagai berikut :
Babak I : Alam berkenalan dengan Lilis di sebuah kafe tempat Lilis bekerja, kemudian timbul rasa saling suka diantara mereka. Konflik mulai timbul ketika secara tidak sengaja Lilis bertemu dengan Pak Willy, Lilis kabur dan menghilang entah kemana. Alam terus mencarinya dan bingung karena dipaksa untuk menerima kenyataan-kenyataan yang sangat tidak masuk di akal. Lilis yang telah dipacarinya itu, ternyata telah meninggal jauh sebelum mereka pertama kali berkenalan.
Babak II : Kenyataan-kenyataan yang aneh tersebut justru mendorongnya untuk melakukan penyelidikan sampai akhirnya dia menemukan jawaban yang sesungguhnya, Lilis dan Pak Willy pernah menikah dan mempunyai seorang anak, namun Pak Willy tidak mau bertanggung jawab. Alam kemudian berhasil menemukan Lilis dan menyatakan keinginannya untuk menikahi Lilis, namun Lilis menampik. Alam pasrah. Pak Willy kemudian berambisi untuk memiliki Lilis dan anaknya kembali. Dia berusaha membujuk Lilis.
Babak III : Lilis akhirnya menjatuhkan pilihannya pada Alam, happy ending.
  1. Outline
Outline adalah susunan urutan adegan per adegan secara lebih rinci. Jadi bisa dikatakan bahwa outline adalah penjabaran dari plot. Contoh outline adalah sebagai berikut :
1. Di Kawasan Puncak :
1.1. Alam melukis pemandangan perkebunan teh yang ada di hadapannya,
1.2. Alam menghentikan kegiatan melukisnya begitu melihat seorang gadis berdiri di tepi jurang sambil memandang ke dasar jurang dan bersiap-siap melompat,
1.3.Alam yang melihat kejadian tersebut menjadi panik dan berteriak agar gadis itu tidak melompat,
1.4.Gadis itu tidak menanggapinya, dia tetap memandangi dasar jurang dengan tatapan kosong,
1.5.Alam berlari ke arah tepi jurang tempat gadis itu berada,
1.6.Alam tiba di tepi jurang dengan terengah-engah, namun dia tidak menemukan gadis itu lagi, dan seterusnya.
  1. Scene
Scene atau scene heading merupakan informasi tentang adegan. scene headingumumnya terdiri dari nomor scene, INT/EXT, lokasi adegan, dan waktu adegan. INT atau singkatan dari interior digunakan apabila pengambilan gambar dilakukan di dalam ruangan, sedangkan EXT atau singkatan dari exteriordigunakan apabila pengambilan gambar dilakukan di luar ruangan. Adapun bentuk scene heading adalah sebagai berikut :
1. EXT. KAWASAN PUNCAK - PAGI
  1. Action
Action atau aksi adalah keterangan mengenai kejadian dalam setiap scene atau adegan yang merupakan penjabaran dari Outline yang sudah dibuat sebelumnya. Untuk Scene 1 dapat ditulis sebagai berikut :
1. EXT. KAWASAN PUNCAK - PAGI
Alam melukis pemandangan perkebunan teh yang ada di hadapannya.
  1. Dialog dan Parenthetical
Dialog adalah kata atau kalimat yang harus diucapkan oleh karakter dalam adegan. Sedangkanparenthetical adalah pentunjuk aksi atau ekspresi yang harus dilakukan oleh karakter dalam mengucapkan dialog. Misalnya emosi, sedih, menangis, tersenyum, tertawa, dan sebagainya. Adapun dialog yang mengiringi perjalanan scene yang menunjukkan suara hati atau pikiran dari karakter tanpa melafalkan dialog digunakan istilah Voice Over (V.O), sedangkan dialog tanpa menampilkan karakter dalam adegan digunakan istilah Off Screen (O.S). Contoh dialog dan parenthetical adalah sebagai berikut :
8. INT. VILA PUNCAK - PAGI
Alam menghampiri dan melihat sebuah lukisan wanita yang terpampang di dinding ruang tamu. Dipandanginya lukisan itu lama-lama. Bersamaan dengan adegan tersebut, terdengar suara Alam.
ALAM
(V.O)
Aku tidak tahu pasti, apakah yang dia kagumi lukisanku atau wanita yang ada di dalam lukisan ini? Aku merasa tidak perlu tahu. Kalaupun dia mengagumi wanita yang ada di dalam lukisan ini adalah hal yang wajar karena akupun sangat mengaguminya, bahkan aku pernah melihatnya walau hanya sekejap.

ISTILAH-ISTILAH TEKNIS PENULISAN SKENARIO
Dalam penulisan skenario terdapat banyak istilah-istilah teknis selain yang telah disebutkan sebelumnya, berikut ini adalah istilah-istilah teknis lainnya yang umum digunakan, antara lain adalah :
CAMERA FOLLOW, petunjuk pengambilan gambar dengan cara mengikuti pergerakan obyek
CAMERA PAN TO, petunjuk pengambilan gambar dengan cara mengalihkan kamera kepada obyek yang dituju dari obyek sebelumnya
CLOSE UP, petunjuk pengambilan gambar secara close-up
CUT TO, mengakhiri adegan secara langsung tanpa proses transisi
CUT TO FLASH BACK, petunjuk mengalihkan gambar ke adegan flash back
FADE IN, petunjuk transisi memasuki adegan secara perlahan
FADE OUT, petunjuk transisi mengakhiri adegan secara perlahan dari layar
FLASH BACK CUT TO, petunjuk untuk mengakhiri adegan flash back
INSERT, sama dengan CAMERA PAN TO
INTERCUT, petunjuk potongan adegan dalam satu adegan/scene
ZOOM IN, petunjuk gerakan kamera dengan menyorot obyek dari jauh sampai dekat atauclose-up
ZOOM OUT, petunjuk gerakan kamera dengan menyorot obyek dari dekat sampai jauh
 
 
AME

Selasa, 05 April 2011

Diskret

Manusia hidup dengan keberlangsungan
Namun mereka sangat menyukai jeda bahkan kekosongan
Jeda-jeda yang memanjakan, melenakan, kosong yang melupakan

Sungguh ketika dimulai
Kita tak mampu menghentikan bilangan
Semua berhitung,
Lalu berapa banyak yang kita isi
Dan berapa banyak yang kita kosongkan...?!

(Ditulis ulang dari http://tafakurjiwa.blogspot.com/)

Senin, 04 April 2011

CAFE DAUN : "Markas FLP Zona Majalengka Utara

Berdasarkan hasil musyawarah anggota FLP Majalengka pada acara kumpul bareng di gedung Apindo, diputuskan FLP Majalengka di bagi 3 Zona. Pembagian zona tersebut diharapkan dapat memenuhi keinginan anggota FLP untuk melakukan pertemuan lebih inten. Pembagian zona diharapkan dapat mengatasi permasalahan jarak antar sesama anggota, sehingga pertemuan tidak lagi hanya terpokus di majalengka.

Untuk teman-teman yang berada di Lemah Sugih, Malausma, Maja, Cikijing, Cingambul dan daerah selatan lainnya, termasuk ke zona selatan yang berpusat di Talaga. Rajagaluh, Majalengka, Panyingkiran, Kadipaten dan sekitarnya masuk ke zona Tengah yang berpusat di Majalengka.Sedangkan untuk zona utara meliputi  Sumberjaya, Jatiwangi, Ligung, Palasah, Jatitujuh, Kertajati dan sekitarnya.

Khusus wilayah selatan, aktivitas FLP dapat dilakukan di Rumah Baca Asmanadia Majalengka di Desa Werasari Kecamatan Malausma dan Rumah Baca Teh Yanti di Talaga. Untuk wilayah tengah tetap di gedung Apindo dan zona utara ber"markas" di Cafe Daun Sumberjaya.

Semoga informasi ini bermanfaat.
Dan/

Minggu, 03 April 2011

KUMPUL BARENG FLP MAJALENGKA


Bertempat di Sekretariat FLP Majalengka (Gedung Apindo), acara Kumpul Bareng FLP Majalengka telah terlaksana. Hadir dalam acara tersebut beberapa pengurus FLP Majalengka antara lain, Kang OSDU (Oom Somara De Uci), Teh Gia (Owner Cafe Daun yang diamanahi sebagai sekretaris), Teh Lucki (bendahara) dan pengurus lainnya. 
Acara yang digelar hari minggu (3/4/2011) merupakan acara kumpul perdana pasca deklarasi Forum Lingkar Pena Majalengka 5 Maret lalu. Dalam acara tersebut selain sharing tentang dunia penulisan, juga dilakukan pemetaan wilayah.
Berdasarkan kesepakatan hasil musyawarah ditenntukan tiga zona FLP Majalengka. Zona tersebut terdiri dari Zona selatan yang bermarkas di Talaga, Zona tengah yang bermarkas di Majalengka dan Zona Utara yang bermarkas di Suberjaya.

Dalam kesempatan tersebut Oom Somara sebagai ketua FLP Majalengka sekaligus Owner Pustaka Kemuncen memberikan peluang bagi Anggota FLP untuk menerbitkan naskah berupa cerita tentang asal muasal desa-desa yang berada di kecamatan masing-masing. Sedangkan Teh Gya yang sudah malang melintang di dunia penulisan juga memberikan spirit kepada anggota-anggota FLP Majalengka untuk terus berkarya.  
 






Selasa, 22 Maret 2011

Sesuai dengan agenda FLP Majalengka bahwa minimal sebulan sekali akan di adakan acara kumpul bareng. Selain menjadi ajang silaturahmi, harapannya ajang ini bisa untuk :
1. Sharing tentang penulisan
2. Sharing tentang peluang tawaran penerimaan naskah dari penerbit
3. "Bantai" karya
4. Seleksi naskah sekaligus evaluasi perkembangan kemampuan menulis anggota pemula.

So....
Ini waktu yang ditunggu-tunggu,
Daftarkan segera untuk ikut acara kumpul bareng yg insyaAlloh akan dilaksanain pada :
Hari Minggu
Tanggal 3 april 2011
Jam. 09.30 sd selesai
Tempat : Gedung Apindo, sebelah selatan masjid Al Imam Majalengka

Syarat dan Ketentuan :
UNTUK ANGGOTA (YANG TERDAFTAR PADA ACARA DEKLARASI)
1. Bawa snack Masing2
2. Bawa karya masing-masing minimal tulisan Flash Fiction bisa juga puisi, lembar diary, curhat, surat, sebaiknya cerpen 
    atau artikel  (hardcopy/Boleh tulis tangan asalkan terbaca)
3. Berbusana santun
4. Bawa alat tulis



UNTUK CALON ANGGOTA BARU
1. Registrasi sebagai anggota FLP (Bisa online atau Offline) sebelum tanggal 1 April 2011
2. Membayar registrasi Rp. 20.000
3. Hadir dalam acara kumpul bareng
4. Bawa karya masing-masing minimal tulisan Flash Fiction bisa juga puisi, lembar diary, curhat, surat, sebaiknya cerpen 
    atau artikel  (hardcopy/Boleh tulis tangan asalkan terbaca)
5. Berbusana santun
6. Bawa alat tulis



Pendaftaran bisa di Cafe Daun Sumber Jaya
Persyaratan lain menyusul.
Terima kasih.

Kamu Ya Cuma Kamu

Hai kamu .....

kenapa sih kamu cuma diam disitu..
ayo kesini, duduk di dekatku
kita duduk di bangku itu...
jangan ragu dan malu
karena ku takkan menggigitmu...


lebih baik kita bercerita usir jemu ..
sama-sama menanti sesuatu..
yang entah kapan datangnya kita tak tahu..
karena saat ini cuma ada aku dan kamu,
jadi sebaiknya kita gunakan saat itu
selama apapun yang kamu mau


halo..kamu....ya kamu,
sampai kapan kamu mau membisu ?
sudahlah, jangan jadi kepala batu
walau kita berteman baru
tapi kau kan sudah tau aku ?


ya sudahlah kalau kamu tak mau
dan memilih untuk tetap membeku
yang pasti aku kan selalu terus menunggu
hingga suatu saat kamu mampu
untuk bercerita sesuatu kepadaku
pegang janjiku......
disini, dalam hatiku...
HANYA ADA KAMU ....

 

 

LYGIA NOSTALINA (SEKJEN FLP MAJALENGKA)

KANG OOM : KETUA FLP MAJALENGKA

Oom Somara de Uci, lahir di Rajagaluh-Majalengka, 11 Januari 1971. Putra ka-6 ti 9 putra pasangan Bapa Sujai Wangsadirdja - Nyai Uki Rukinah.
Alumnus IKIP Jakarta jurusan Sejarah (1996) sarta nyangking Mahasiswa Berprestasi di Fakultas IPS make skripsi nu judulna, "Pemikiran Soedjatmoko Tentang Kesadaran Sejarah di Indonesia". Kuliah S2 di Pasca Sarjana UPI Bandung, ngan teu rengse. Ceuk harewosna, elmuna teu kataekan. Tapi nu jelas mah beakeun bekel!

Mimiti nulis carita pondok saprak pindah sarta nyoba hirup di Bandung (1997). “Nu Balik Peupeutingan” mangrupa carita pondokna nu mimiti dimuat (Galura,1997), jeung “Dorna Moksa” (Mangle,1999). Ti dinya merul karya-karyana nu tuluy dibukukeun dina “Astrajingga Gugat” Kumpulan Carita Pondok Islami (2001).

Koruptor mangrupa kumpulan carita pondokna nu ka dua. Sapuluh carita pondokna dimuat dina ieu buku kalebet nu dileler Carpon Pinilih Mangle; “Kutamanggu” (2000) sareng “Lilis Jeung Lilis” (2002). Aya wanda anyar nu ditembongkeun dina carita-carita pondokna nu mawa misi atikan dibulen ku warna heureuy nu sopan (sic!), tapi kalan-kalan karasa pait, peuheur oge sakaligus gahar.

Lian ti mere panganteur kana buku Hade Rustandi, Cingcangkeling Umat Islam Nundutan, karyana oge aya dina buku antologi Carpon Mini Ti Pulpen Tepi Ka Pajaratan Cinta (Kiblat, 2002) jeung Kanagan (Gegersunten, 2003). Karya jeung proses kreatipna meunang perhatian dunya akademik. Kungsi ditaliti ku Senny Suzanna Alwasilah (PPS UPI Bandung, 2002) jadi bahan thesis, “The Creative Process of Writing: A Case Study of Three Indonesian Fiction Writers”.

Saprak kajadian maotna dua adi deukeutna dina hiji kacilakaan lalu lintas nu tragis di Sasakdua, Paseh-Sumedang, balik ka lembur sarta ngieun pabukon Pustaka Kemucen. Bari ngabeberah sepuh, masih produktif nulis sarta ngalola pabukon bareng jeung Joni Rahman, adi pangais nu jadi bungsu. 

SUMBER : http://distrowebsite.com/article/59035/oom-somara-de-uci.html

Kamis, 03 Februari 2011

SEKILAS FLP


Apakah Forum Lingkar Pena itu? Sebuah ‘Pabrik Penulis Cerita’ (Koran Tempo)
Forum Lingkar Pena sangat fenomenal. FLP adalah hadiah Tuhan untuk Indonesia (Taufiq Ismail)
Dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya, jumlah penulis di Indonesia sebagaimana jumlah pertumbuhan penduduknya–sangat besar. Pada dekade terakhir Indonesia diramaikan oleh munculnya penulis muda berusia di bawah 30 tahun serta maraknya pertumbuhan kantong-kantong sastra di Jakarta dan di banyak kota besar lainnya.
Salah satu yang dianggap fenomenal adalah munculnya Forum Lingkar Pena (FLP), tahun 1997. Dalam waktu yang relatif singkat, organisasi yang memiliki cabang di hampir 30 propinsi dan di mancanegara ini telah beranggotakan sekitar 5000 orang, hampir 70% anggotanya adalah perempuan. Dari jumlah ini, 500 diantaranya menulis secara aktif di berbagai media. 500 orang ini berusaha membina 4500 anggota FLP lainnya untuk menjadi penulis pula.
Selama hampir delapan tahun keberadaannya, organisasi penulis ini telah menerbitkan lebih dari 400 buku yang sebagian besar terdiri dari karya sastra serius, fiksi remaja dan cerita anak. Tidak ada orang atau lembaga yang mensponsori FLP. Kemandirian ini memungkinkan FLP menulis sesuai kata hati. Koran Tempo, salah satu media paling berwibawa di Indonesia, menyebut FLP sebagai sebuah “Pabrik Penulis Cerita”!
Sejarah Berdirinya FLP
Tahun 1997 saya, Asma Nadia, Muthmainnah serta beberapa teman dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia bertemu di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Universitas Indonesia. Pertemuan berlanjut dengan diskusi tentang minat membaca dan menulis di kalangan para remaja Indonesia. Percakapan tersebut sampai pada kenyataan semakin mendesaknya kebutuhan masyarakat akan bacaan yang bermutu. Di sisi lain sebenarnya cukup banyak anak muda yang mau berkiprah di bidang penulisan, tetapi potensi mereka kerap tak tersalurkan atau intensitas menulis masih rendah, di antaranya karena tiadanya pembinaan untuk peningkatan kualitas tulisan. Lebih dari itu, semua yang hadir menyadari betapa efektifnya menyampaikan gagasan melalui tulisan.
Akhirnya yang hadir sepakat untuk membentuk organisasi penulis. Maka pada tanggal 22 Februari 1997 berdirilah Forum Lingkar Pena, sebagai badan otonom Yayasan Prima , dan saya terpilih sebagai Ketua Umum. Saat itu anggotanya tak lebih dari 30 orang saja. Kami pun mengadakan acara rutin pekanan dan bulanan berkaitan tentang penulisan untuk anggota, dengan mengundang pakar di bidang tersebut. Kami mengadakan bengkel penulisan secara kecil-kecilan dan merekrut anggota baru.
Tahun 1998, seorang penulis muda dari Kalimantan Timur: Muthi Masfufah, mendirikan FLP Wilayah Kalimantan Timur yang berpusat di Bontang serta cabangnya di Samarinda, Balik Papan, Tenggarong dan kemudian Sangata. Inilah kepengurusan wilayah pertama dalam sejarah FLP. Pada tahun 1999, mulai banyak permintaan dari daerah, untuk membentuk kepengurusan FLP di tiap propinsi.
Majalah Annida sebuah majalah fiksi Islami bertiras hampir seratus ribu eksemplar perbulan yang saya pimpin, menjadi salah satu sarana bagi munculnya karya-karya anggota FLP. Majalah tersebut juga membuat rubrik khusus berisi info FLP dan menjadi sarana merekrut anggota baru. Yang mengejutkan, lebih dari 2000 orang mendaftar menjadi anggota melalui Annida. Ditambah lagi, sampai tahun 2003, berdasarkan masukan dari tiap wilayah, tak kurang dari 3000 orang telah mendaftarkan diri pula melalui berbagai acara yang digelar oleh perwakilan-perwakilan FLP di seluruh Indonesia dan mancanegara.
Dari jumlah itu, sekitar 500 adalah penulis aktif. Mereka tinggal di lebih dari 100 kota di Indonesia. Banyak di antara mereka meraih penghargaan dalam berbagai lomba penulisan tingkat propinsi, nasional bahkan internasional. Sekitar 75% penulis majalah Annida, bergabung dalam FLP. Lalu ada pula sekitar 200 pengelola dan penulis buletin atau media kampus. Kebanyakan anggota FLP adalah pelajar dan mahasiswa. Ada juga pegawai negeri, karyawan swasta, buruh, ibu rumah tangga, guru, petani, dan lain-lain.
FLP adalah organisasi inklusif. Keanggotaannya terbuka bagi siapa saja tanpa memandang ras maupun agama. Mayoritas anggota FLP memang muslim, namun tingkat pemahaman keislaman mereka tidak seragam. Banyak pula non muslim yang bergabung. Meski demikian para anggota FLP memiliki niat yang sama: membagi seberkas cahaya bagi para pembaca dan menganggap kegiatan menulis adalah bagian dari ibadah.
Anggota FLP termuda saat ini berusia 4 tahun dan tertua 69 tahun. “Muda” dalam FLP lebih ditekankan pada aspek semangat, bukan usia, meski kebanyakan anggota FLP memang berusia sekitar 15-25 tahun. Namun sejak awal tahun 2004, beberapa FLP wilayah, sebut saja DKI, Jawa Barat dan Kaltim membuka khusus FLP Kids untuk anak berusia 6-12 tahun.
Banyak penulis muda dan calon penulis yang kemudian menjadi pengurus FLP di tingkat propinsi pada masa awal Sementara di daerah-daerah yang belum ada kepengurusan, selalu terdapat koresponden FLP.
Hampir berbarengan dengan itu teman-teman yang tengah melanjutkan pendidikan atau tinggal di luar negeri banyak pula yang bersedia untuk membuka kepengurusan FLP atau paling tidak menjadi koresponden FLP di negara tersebut seperti Muthmainnah (Inggris), A Rifanti (Amerika Serikat), Hadi Susanto (Belanda), Ikhwan Arifin (Sudan), Ummu Itqon (Canada), Ali Ghozali (Sudan), Femina Sagita (Jepang), Sera Revalina (Singapura), Ahmad Muhajir (Korea), Lulu Naning (Pakistan), dan banyak lagi yang lainnya (masih dalam tahap konsolidasi). Habiburahman Saerozy dan Fera Andriani Jakfar (Mesir) bahkan membentuk kepengurusan FLP Mesir dan sering bekerja sama dengan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia Organisasi Satuan (istilah lain untuk cabang penulis) Mesir. Yang lebih mengharukan, para TKW Indonesia di Hongkong, mendirikan pula FLP Hongkong, 16 Februari 2004 lalu. Hampir semua anggotanya adalah pembantu rumah tangga, kecuali beberapa orang saja. Kini mereka tengah mempersiapkan antologi cerpen bersama yang mengangkat persoalan buruh migran perempuan.
Visi, Misi dan Program Kerja
Visi FLP adalah membangun Indonesia cinta membaca dan menulis serta membangun jaringan penulis berkualitas di Indonesia. FLP sepakat untuk menjadikan menulis sebagai salah satu proses pencerahan ummat.
Misi FLP di antaranya:
1. Menjadi wadah bagi penulis dan calon penulis
2. Meningkatkan mutu dan produktivitas (tulisan) para anggotanya sebagai sumbangsih berarti bagi masyarakat
3. Turut meningkatkan budaya membaca dan menulis, terutama bagi kaum muda Indonesia
4. Menjadi organisasi yang selalu memunculkan penulis baru dari daerah di seluruh Indonesia.
Program Kerja FLP:
1. Mengadakan pertemuan rutin (bulanan) bagi para anggotanya dengan mengundang pembicara tamu dari kalangan sastrawan, jurnalis atau cendekiawan
2. Pelatihan penulisan mingguan
3. Mengadakan diskusi/seminar tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan kepenulisan atau situasi kontemporer
4. Mengadakan bengkel-bengkel penulisan
5. Aktif mengirimkan tulisan ke berbagai media massa
6. Menerbitkan buletin dan majalah
7. Membuat skenario teater, sinetron, film, dan lain sebagainya
8. Kampanye Gemar Membaca dan Menulis ke SD, SMP, SMU, pesantren dan universitas di Indonesia secara berkala
9. Mengadakan berbagai sayembara penulisan untuk pelajar, mahasiswa dan kalangan umum
10. Pemberian Anugerah Pena
11. Pelaksanaan program Rumah Cahaya (Rumah baCA dan HAsilkan karYA) di
berbagai tempat di Indonesia
12. Kampanye “Sastra untuk Kemanusiaan”
13. Menerbitkan minimal 10 buku karya para anggota perbulannya, dan lain-lain.
Pesat Meski Minim Dana
Meski minim dana , kegiatan-kegiatan FLP tak pernah berhenti. Hampir setiap minggu ada saja acara kepenulisan yang diadakan oleh FLP, baik pada kepengurusan pusat, wilayah (propinsi), cabang (kota, kabupaten) atau ranting (ranting FLP adalah sebutan untuk kepengurusan FLP di sekolah, pesantren atau universitas). Saya sendiri dua minggu sekali harus ke luar propinsi untuk menghadiri acara-acara yang diadakan FLP disana.
Untuk program penerbitan buku sampai saat ini FLP bekerja sama dengan para penerbit seperti Syaamil (Bandung), Mizan (Bandung), Era Intermedia (Solo), D & D Publishing House (Solo), Pustaka Annida (Jakarta), FBA Press (Depok), Gunung Agung (Jakarta), Pustaka Ummat (Bandung), Zikrul Hakim (Jakarta), Ghalia (Jakarta), Gramedia (Jakarta), Senayan Abadi (Jakarta), Cakrawala (Jakarta), Fastabiq Media (Semarang), Darussalam (Yogyakarta), dan masih banyak lagi. Tahun 2003 bersamaan dengan terbentuknya Yayasan Lingkar Pena yang menjadi badan hukum FLP , FLP membuat penerbitan sendiri yang diberi nama: Lingkar Pena Publishing House.
Selama delapan tahun keberadaan FLP, lebih dari 400 buku karya rekan FLP terbit dan pemasarannya tergolong bagus. Karena itu kini semakin banyak penerbit dari berbagai kalangan yang mengajak FLP bekerjasama dalam usaha penerbitan buku.
Uniknya, rekan-rekan muda FLP di beberapa propinsi juga mengumpulkan naskah dan menerbitkan buku karya para penulis daerah mereka. Misalnya buku Doa Untuk Sebuah Negeri karya FLP Aceh (Syaamil, 2001), Atas Nama Cinta, karya FLP Bandung (Syaamil, 2000) atau Salsa Tersayang (Syaamil, 2000) dan Tarian Sang Hudoq (Syaamil 2002), karya FLP Kalimantan Timur, Kucing Tiga Warna karya FLP Sumatera Selatan (Syaamil, 2002), Jatuh Cinta Pada Bunga karya FLP Surakarta (Era Intermedia, 2002), Karma Sang Srigala karya FLP Semarang (Era Intermedia, 2002), Lihatkan Bintang Untukku karya FLP Yogyakarta (Mizan, 2003), Surga yang Membisu karya FLP Depok (Zikrul Hakim, 2003), Kutemukan Warna karya FLP Mesir (Mizan, 2003), Bintang di Langit Baiturrahman (FLP Aceh), dan masih banyak lagi.
Cermin dan Malam Ganjil (FBA Press, 2002) adalah antologi cerpen bersama FLP yang didedikasikan bagi sastrawan senior Yusakh Ananda. Seluruh honor pengarang diserahkan langsung saat milad (ulang tahun penulis) FLP tahun 2002 lalu, kepada Ibnu HS (Ketua FLP Kalimantan Barat), mewakili Sastrawan Yusakh Ananda (68 th).
Sebelumnya FLP juga membuat kumpulan cerpen bersama: Ketika Duka Tersenyum (FBA Press, 2002) yang seluruh penjualannya didedikasikan bagi Pipiet Senja, pengarang prolifik pengidap thalassemia. Buku lainnya: Doa untuk Sebuah Negeri (Syaamil, 2000) adalah karya para perempuan pengarang FLP Aceh yang berusia 18-28 tahun. Buku tersebut didedikasikan bagi para anak, janda dan pengungsi Aceh. Buku Merah di Jenin (FBA Press, 2002) yang merupakan ‘keroyokan’ para pengarang FLP nusantara juga FLP Mesir didedikasikan bagi anak-anak Palestina. Meski bukunya baru diluncurkan, FLP menyumbangkan seluruh royalti buku untuk anak-anak Palestina tersebut, melalui MER-C (organisasi bantuan medis sukarela penulis).
Baru-baru ini, bekerjasama dengan 5 penerbit, FLP memprakarsai gerakan menyumbang dengan cerpen, yaitu penggalangan dana bagi korban gempa-tsunami di Aceh dengan cara menyumbang cerpen. Alhamdulillah langsung terkumpul dana 40 juta dimuka, untuk 5 buku yang akan diterbitkan. Penerbitan buku-buku seperti itu menjadi salah satu bagian dari program kampanye “satra untuk kemanusiaan” yang akan terus dilakukan FLP melalui antologi kasih.
FLP juga telah memberikan Anugerah Pena untuk anggota dengan karya berkualitas. Mereka yang menerima Anugerah Pena tahun 2005 adalah Habiburrahman el Shirazi (Ayat-Ayat Cinta, Republika 2004), Asma Nadia (Cinta Tak Pernah Menari, Gramedia), Novia Syahidah (Di Selubung Malam, Mizan 2003), Dijemput Malaikat (Palris Jaya, Mizan 2003), Pagi Ini Aku Cantik Sekali (Azimah Rahayu) serta Abdurahman Faiz (Untuk Bunda dan Dunia, Mizan 2004). Tahun ini Kuntowijoyo menerima Anugerah Pena untuk Pengabdian di Bidang Sastra dan uang 10 juta rupiah. Sementara FLP Hongkong terpilih sebagai FLP Wilayah Terpuji.
Di luar hal tersebut, kini di setiap kota yang memiliki cabang FLP, secara bertahap mulai didirikan Rumah-rumah Cahaya (rumah baCA dan HAsilkan karYA). Tempat tersebut bukan sekadar dijadikan sebagai taman bacaan, melainkan juga tempat latihan menulis gratis– bagi kalangan dhuafa.
FLP yang Fenomenal
Berbagai pendapat muncul tentang FLP dalam kaitannya dengan kesastraan Indonesia kontemporer. Dari segi pembinaan banyak pihak yang menyatakan salut terhadap upaya yang dilakukan FLP. Namun dari segi kualitas karya sebagian besar rekan FLP memang masih dianggap para kritikus sastra sebagai pemula yang akan terus bermetamorfosis.
Kehadiran FLP yang juga banyak menampilkan corak religius dianggap menjadi pesaing bagi eksistensi sastra sekuler selama ini, juga menjadi penyeimbang yang menyegarkan.
Koran Republika menulis bahwa bagaimana pun FLP membawa fenomena baru dalam penulisan sastra religius kontemporer di Indonesia. Karya-karya FLP juga mendapat perhatian dan penghargaan dari para peminat sastra. Majalah Amanah menyatakan FLP dan para anggotanya telah membawa genre baru dalam sejarah sastra dan penulisan di Indonesia. Sementara Harian The Straits Times yang terbit di Singapura meyebut FLP sebagai kelompok fenomenal yang terus menerus melakukan training, workshop dan aneka kegiatan lainnya tanpa henti untuk mendukung lahirnya penulis baru. Koran Tempo bahkan menjuluki Ketua Umum FLP sebagai Lokomotif Penulis Muda Indonesia. Berbagai kalangan di Indonesia sepakat bahwa Forum Lingkar Pena telah memberikan sumbangsih dan kontribusi berarti dalam dunia kesusastraan Indonesia.
Meski demikian dalam perdebatan di mailing list penyair@yahoogroups.com, beberapa penyair mengatakan bahwa penulis yang mendirikan komunitas (penulisan) adalah mereka yang tidak percaya diri dan takut untuk tampil sendirian. Benarkah demikian? Saya rasa itu terlalu naif. FLP membuktikan keberadaannya adalah untuk saling memajukan serta membantu membidani kelahiran para penulis pelapis.
Maka tiba-tiba saya kembali teringat Galang Lufityanto, pemuda Yogya, kelahiran 1981 yang menulis karya fiksi sama baiknya dengan karya ilmiah, yang berkali-kali menjadi juara I dalam berbagai lomba penulisan tingkat nasional dan telah menerbitkan bukunya: Bisikan dari Langit ( Mizan, 2001) dan Tidak Hilang Sebuah Nama (Era Intermedia, 2002).
Saya teringat Meldy Muzada Elfa dari Barabai, yang dalam usia 14 tahun (kelas 2 SMP) telah menerbitkan dua buku fiksi dan berkali-kali menjadi pelajar teladan se-Kalimantan Selatan. Lalu Syamsa Hawa, si juara kelas, yang dalam usia 13 tahun telah menulis puluhan cerpen dan pada usianya yang ke 14 tahun menerbitkan bukunya Di Balik Cahaya Rembulan (Era Intermedia, 2001). Lalu Adzimattin Nur yang menulis buku pertamanya dalam usia 13 tahun dan hanya dalam waktu dua tahun kemudian ia sudah menghasilkan 7 buku! Abdurahman Faiz yang menerbitkan dua buku puisinya dalam usia 8 tahun serta Caca yang buku kumpulan cerpen pertamanya terbit saat ia belum berusia 8 tahun.
Saya terkenang Asma Nadia yang dua bukunya: Rembulan di Mata Ibu (Mizan, 2000) dan Dialog Dua Layar (Mizan 2001) menjadi buku terbaik tingkat Nasional versi Adikarya Ikatan Penerbit Indonesia 2001-2002 yang membawanya sebagai pengarang terbaik tingkat nasional IKAPI. Ia juga Pengarang terbaik versi Penerbit Mizan, 2003. Asma menulis 10 buku dalam satu tahun! Bukunya Cinta Tak pernah Menari (Gramedia, 2003) langsung mengalami cetak ulang saat baru satu bulan terbit. Baru-baru ini Asma juga mendapat penghargaan dari Majelis Sastra Asia Tenggara.
Saya pun terbayang Izzatul Jannah, ibu muda dengan tiga anak yang dalam setahun menulis empat novel. Saya ingat Ninik Handrini yang dalam usia 25 tahun telah menulis lebih dari 30 buku cerita anak. Saya terkenang Muthmainnah, kandidat doktor dalam kajian tentang Palestina yang kini tinggal di Inggris. Karyanya: Pingkan Sehangat Mentari Musim Semi (Syaamil, 1998) terus mengalami cetak ulang. Lalu Sakti Wibowo, mantan buruh pabrik roti yang cerdas dan telah menulis belasan buku, di antaranya Tanah Retak (Syaamil, 2003), novel sejarah menjelang perang Jawa 1825-1830. Saya terbayang Agustrijanto yang karyanya Tonil Nyai di Ujung Senapan (Syaamil, 2001) dan Wiracarita Adi Cenik (Syaamil, 2002) dibuat dengan perpaduan riset luar biasa dan jalinan cerita yang indah.
“Tentu saja kita ingin banyak penulis di negeri ini. Dengan adanya FLP ini akan menjadi kerja yang sinergis,” kurang lebih kata-kata itulah yang terucap dari bibir penulis-penulis muda itu, saat pertama kali bergabung dengan FLP.
Dan setelah tahun demi tahun berlalu, nyatalah apa yang dikerjakan penulis dan anggota FLP. Muhali Hisyam, mantan Koordinator Forum Pers Nasional Pesantren menulis: Akhirnya kita pantas berkaca pada lahirnya Forum Lingkar Pena (FLP) serta fenomena dominan sastrawan muda “santri kota” yang akhir-akhir ini mulai tumbuh bermekaran. Terbentuknya FLP sebagai wahana pengembangan sastra dan pembinaan penulis andal dari kalangan muda yang kini sudah sedemikian menggurita ke seluruh Nusantara bahkan hingga mancanegara itu bukan hanya menjadi penegasan dari simtom “musim semi” sastra islami, lebih dari itu ia telah menjadi contoh yang baik bagi lahirnya komunitas sastra yang mampu mewadahi semesta potensi sastra santri dan kepesantrenan dengan baik dan enerjik. Bagaimana Helvy Tiana Rosa telah mampu membuktikan perannya sebagai ibu sekaligus “nyai” yang berhasil mengelola ribuan “santri”-nya dalam “pesantren” FLP dengan baik.
Allahu a’lam.

PENGURUS PUSAT FLP


Struktur Badan Pengurus Pusat Forum Lingkar Pena 2009-2013

Dewan Penasihat:
– Helvy Tiana Rosa
– Asma Nadia
– Taufik Ismail
– Suminto Sayuti
Dewan Pertimbangan:
– Habiburrahman el-Shirazy
– Muthmainnah
– Gola Gong
– Muthi Masfuah
– Irfan Hidayatullah
Ketua Umum: Setiawati Intan Savitri
Sekretaris Jenderal: Rahmadiyanti Rusdi
– Administrasi: Lia Octavia
– Humas: Eni widyastuti, Yons Ahmad
Bendahara: Azimah Rahayu, Rafita Meri
Ketua Harian 1: Halfino Berry
– Divisi Bisnis: Ali Muakhir, Zulfa Ruhama
– Divisi Fundraising: Yanuardi Syukur
Staf: Nurbaiti Hikaru & Wiwiek Sulistyowati
Ketua Harian 2: Ganjar Widhiyoga
Divisi Jaringan Wilayah: Lutfi Hakim
Divisi Kaderisasi: Sinta Yudisia
– Kurikulum: Koesmarwanti, Lily Suherman, Ifa Avianty
– Pelatihan: Nanik Susanti, IR Wulandari
– Kritik & Karya: wildan Nugraha, Asa Mulchias
– Rumah Cahaya: Denny Prabowo, Koko Nata

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates